Rabu, 21 November 2007

Artikel Pendidikan (2): Motivasi Belajar Melalui Mainan

Motivasi Belajar Melalui Mainan


Setiap anak sangat suka bermain. Bagi si kecil, kegiatan ini bukan sekedar bersenang-senang. Lebih dari itu, bermain sangat bermanfaat untuk membantu tumbuh-kembangnya agar lebih optimal. Seperti bekerja bagi orang dewasa, bermain adalah pekerjaan bagi anak. Melalui bermain, si kecil belajar tentang dunia dan sekelilingnya. Ia memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan dan mengembangkan ketrampilan, sikap, toleransi serta pemahaman. Bermainpun dapat menjadi cara untuk mengekspresikan perasaan dan emosi, lebih cepat dibandingkan menyampaikan ekspresi secara verbalSebagai alat untuk bermain, pemilihan mainan dan materi memiliki peranan penting agar memiliki manfaat maksimal.
Mainan melimpah tidak ada gunanya bila mainan tersebut tidak menyimpan nilai edukatif. Artinya, mainan tersebut memberikan keasyikan bermain sekaligus peluang belajar. Mainan ini dirancang khusus untuk mendorong anak bereksplorasi dan menguasai ketrampilan dan konsep tertentu yang baru baginya.

Mainan edukatif tidak perlu buatan pabrik yang mahal. Anda pun dapat berkreasi sendiri memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekitar Anda. Misalnya, kardus dimodifikasi menjadi "Istana Kardus", "Pesawat Kardus", atau "mobil Kardus", "mainan rambu lalu lintas" . Melalui bermain dengan "mobil kardus" & "rambu lalu lintas", kita dapat mengajak anak bermain dramatisasi berlalu lintas di jalan raya. Kita dapat menggunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan anak tertib berlalu lintas misalnya mematuhi rambu-rambu lalu lintas, memberi kesempatan pejalan kaki menyeberang jalan, tertib mengantri, dan lain-lain. Kita ciptakan suasana bermain yang ceria, dengan mengajak kawan-kawan sebayanya bermain bersama. Sehingga akan memperkaya juga pengalaman anak bersosialisasi.

Imajinasi anak banyak bermain ketika anak mengendarai "pesawat kardus" dan menjadi penghuni "istana kardus". Di sini kreatifitas anak akan terasah, dan kemampuan berbahasa anak akan berkembang melalui ungkapan dan dialog-dialognya ketika bermain. Jenis permainan ini cocok untuk anak usia prasekolah TK (3-5 th).



# Sesuai Usia Anak

Tiga tahun pertama merupakan periode emas perkambangan otak anak. Pada masa ini, ia membutuhkan banyak stimulasi. Semakin banyak stimulasi yang diberikan, hubungan koneksi antar syaraf semakin banyak. Artinya anak semakin cerdas. Salah satu bentuk stimulasinya mainan.

Yang perlu Anda perhatikan ketika memilih mainan adalah kesesuaian mainan dengan usia anak. Usia menunjukkan tahap perkembangan si kecil, baik fisik maupun mental. Mainan yang terlalu sulit membuat anak frustasi. Sebaliknya jika terlalu mudah mainan tidak lagi menarik bagi si kecil. Misalnya, single puzzle atau bola / kubus yang memiliki lubang berbentuk kotak, lingkaran atau segitiga. Mainan ini sesuai untuk anak usia 1 tahun. Untuk mempermudah Anda memilih mainan, beberapa produsen mainan mencantumkan kategori usia di setiap kemasan mainan.


# Perhatikan kesiapan Anak

Meskipun anak usia 1 tahun mulai berkenalan dengan mainan edukatif, Anda tidak boleh memaksakan kehendak.” Setiap anak berbeda-beda”, demikian ungkap Dra Mayke S. Tedjasputra, Msi, psikolog dari Fakultas Psikologis UI. Ada yang sudah siap dan menyukai mainan, ada pula yang tidak. “Prinsipnya, kegiatan bermain tidak membuat anak merasa terpaksa atau dipaksa. Sebab, dampaknya sangat buruk bagi perkembangan anak”, tambah Mayke.
Beberapa anak memiliki gerakan motorik yang lebih kasarnya. Artinya, ia lebih suka aktivitas fisik seperti melompat, memanjat, jongkok atau lari. Jika si kecil dipaksa untuk bermain yang membutuhkan motorik halus dan konsentrasi, ia belum cukup matang walaupun usianya sama. “Orang tua harus peka melihat kesiapan anak untuk bermain”, jelas Mayke. Anak yang sudah siap biasanya langsung tertarik dan mencoba memainkan begitu mainan diberikan kepadanya. Perhatikan juga kondisi anak apakah ia mengantuk, sakit atau bosan.

Se-edukatif apapun sebuah mainan, tidak akan berguna jika tidak dimainkan. Jika anak-anak tidak menyukai dan menikmati permainannya, bisa jadi tujuan edukasinya malah tidak tercapai. Padahal, kemampuan belajar anak meningkat ketika ia bisa menikmatinya. Karenanya jangan lupakan factor “fun” dari sebuah mainan.
Mainan hanyalah sebuah alat. Keterlibatan Anda (orang tua / pendidik) dalam proses bermain anak berperan penting, tetapi jangan bersikap otoriter. Biarkan anak mencoba dulu. Jika ia tidak mengerti atau bingung, Anda cukup memberi petunjuk. “Orang tua hanya menjadi pijakan, anak yang harus mencari jalan keluarnya”, jelas Mayke. Melalui bermain, Anda dan si kecil memiliki peluang untuk menciptakan kenangan masa kecil yang indah.

Ciri-Ciri Mainan Edukatif:

# Dibuat untuk merangsang kemampuan dasar pada balita/anak.
# Memiliki banyak fungsi. Artinya ada beberapa variasi mainan di dalam satu mainan sehingga stimulasi yang diperoleh anakpun beragam.
# Mendorong kemampuan pemecahan masalah. Contohnya mainan bongkar pasang.
# Melatih ketelitian dan ketekunan anak.
# Melatih konsep dasar. Artinya anak-anak bisa mengenal dan mengembangkan kemampuan dasar seperti bentuk, warna, tekstur, besaran. Selain itu, mainan edukatif mampu melatih motorik halus.
# Merangsang kreatifitas anak.

(Penulis: Friska Andini. Dari berbagai sumber)




1 komentar:

ProBlogger mengatakan...

Mainan bongkar pasang / robotik + yang mengasah otak bagus untuk anak"


http://mekameka.com/